Halo Sobat! Seiring dengan meningkatnya penggunaan ponsel dalam
kehidupan sehari-hari, ancaman keamanan siber pun semakin berkembang. Salah
satu teknik penipuan yang semakin marak adalah mishing atau mobile
phishing.
Phishing sendiri bukanlah metode baru dalam dunia kejahatan siber.
Sebelumnya, teknik ini lebih sering dilakukan melalui email, di mana pelaku
mengirimkan pesan palsu yang tampak berasal dari institusi resmi untuk mencuri
informasi pribadi pengguna. Namun, dengan pergeseran kebiasaan masyarakat yang
semakin bergantung pada perangkat seluler, modus ini pun beradaptasi dan kini
menyebar melalui SMS, aplikasi perpesanan, serta panggilan telepon.
Saat ini, serangan mishing dapat ditemukan dalam berbagai bentuk,
mulai dari pesan yang mengaku berasal dari bank, platform e-commerce, hingga
layanan digital populer yang meminta pengguna untuk mengklik tautan atau
memasukkan kredensial mereka. Pesan-pesan ini sering kali dirancang agar tampak
kredibel, sehingga banyak pengguna yang tidak menyadari bahwa mereka sedang
menjadi target serangan siber. Jika tidak diwaspadai, mishing dapat
mengakibatkan kebocoran data pribadi, penyalahgunaan akun, hingga kerugian
finansial. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana mishing
bekerja, mengenali indikator penipuan, serta menerapkan langkah-langkah
pencegahan guna melindungi diri dari risiko kejahatan siber yang semakin
kompleks ini.
Jenis-jenis Mobile Phising (Mishing)
Mishing dapat muncul dalam berbagai bentuk, tergantung pada metode
yang digunakan oleh pelaku kejahatan siber. Berikut adalah beberapa jenis
serangan mobile phishing yang paling umum dan cara kerjanya:
1. Smishing (SMS Phishing)
Smishing adalah metode phishing yang dilakukan melalui SMS. Penyerang
mengirimkan pesan teks yang tampak seolah-olah berasal dari pihak resmi,
seperti bank, operator seluler, atau platform e-commerce. Pesan tersebut
biasanya berisi tautan yang mengarahkan korban ke situs palsu atau meminta
mereka untuk mengungkapkan informasi sensitif, seperti kredensial login atau
kode OTP.
Contoh kasus:
Seorang pengguna menerima SMS dari orang yang mengaku berasal dari
bank, yang menyatakan bahwa akunnya telah diblokir dan harus segera
diverifikasi melalui tautan yang disertakan. Ketika pengguna mengklik tautan
tersebut, mereka diarahkan ke situs yang menyerupai halaman login bank asli, di
mana mereka diminta memasukkan username dan password. Informasi ini kemudian
disimpan oleh pelaku dan digunakan untuk mengakses rekening korban.
2. Vishing (Voice Phishing)
Vishing adalah teknik phishing yang menggunakan panggilan telepon
untuk menipu korban agar mengungkapkan informasi pribadi. Pelaku biasanya
berpura-pura sebagai petugas bank, layanan pelanggan, atau bahkan perwakilan
dari lembaga pemerintah untuk meyakinkan korban agar memberikan informasi
sensitif.
Contoh kasus:
Seorang penipu menghubungi korban, mengaku sebagai pegawai bank, dan
menginformasikan bahwa ada transaksi mencurigakan di akun korban. Untuk
"mengamankan akun", korban diminta untuk memberikan kode OTP yang
dikirimkan ke ponselnya. Jika korban memberikan kode tersebut, pelaku dapat
mengakses akun korban dan melakukan transaksi ilegal.
3. App-based Phishing (Phishing Melalui Aplikasi)
Pada metode ini, pelaku menciptakan aplikasi palsu yang menyerupai
aplikasi resmi dari bank, marketplace, atau platform digital lainnya. Aplikasi
ini sering kali diunggah ke toko aplikasi tidak resmi atau disebarluaskan
melalui tautan yang dikirimkan melalui SMS dan email. Setelah pengguna
menginstalnya, aplikasi dapat mencuri kredensial login, mencatat aktivitas
layar, atau bahkan menginstal malware di perangkat korban.
Contoh kasus:
Seseorang mengunduh aplikasi e-banking dari sumber yang tidak resmi
karena tertarik dengan promo cashback yang ditawarkan. Saat login, aplikasi ini
mencatat username dan password korban, lalu mengirimkannya ke server milik
penyerang.
4. Email Phishing di Ponsel
Meskipun phishing melalui email lebih sering terjadi di komputer, kini
banyak pengguna yang mengakses email melalui ponsel mereka. Penipu mengirim
email palsu yang tampaknya berasal dari perusahaan ternama, meminta penerima
untuk mengklik tautan dan memperbarui informasi akun mereka. Karena tampilan
email di perangkat seluler lebih terbatas dibandingkan di desktop, pengguna
lebih sulit mendeteksi tanda-tanda penipuan, seperti alamat pengirim yang
mencurigakan.
Contoh kasus:
Seorang pengguna menerima email yang tampak berasal dari layanan
streaming, menyatakan bahwa langganan mereka akan segera dibatalkan jika tidak
segera memperbarui informasi pembayaran. Tanpa memeriksa detail email dengan
cermat, pengguna mengklik tautan dan memasukkan detail kartu kredit mereka,
yang akhirnya dicuri oleh pelaku.
5. Malvertising (Malicious Advertising)
Malvertising adalah metode phishing yang memanfaatkan iklan berbahaya
yang muncul di situs web atau aplikasi. Ketika pengguna mengklik iklan
tersebut, mereka bisa diarahkan ke situs phishing atau secara tidak sadar
mengunduh malware yang dapat mencuri informasi pribadi dari perangkat mereka.
Contoh kasus:
Seseorang melihat iklan yang menawarkan diskon besar-besaran untuk
produk populer. Saat mereka mengklik iklan tersebut, mereka diarahkan ke situs
web yang menyerupai toko online resmi, di mana mereka diminta memasukkan
informasi kartu kredit. Setelah melakukan transaksi, mereka tidak hanya
kehilangan uang tetapi juga membagikan data pembayaran mereka kepada pelaku
kejahatan siber.
Cara Melindungi Diri dari Mishing
Untuk menghindari jebakan mishing, berikut beberapa langkah penting
yang dapat dilakukan:
1. Jangan Klik Tautan Mencurigakan
Hindari mengklik tautan dari SMS atau email yang meminta verifikasi
akun. Jika ragu, hubungi langsung pihak resmi untuk memastikan keabsahannya.
2. Waspadai Panggilan yang Meminta Data Pribadi
Bank dan institusi resmi tidak pernah meminta PIN, OTP, atau informasi
sensitif melalui telepon. Jika menerima panggilan mencurigakan, segera tutup
dan verifikasi ke pihak terkait.
3. Gunakan Aplikasi Keamanan
Instal aplikasi keamanan atau antivirus untuk membantu mendeteksi
tautan berbahaya dan mencegah pencurian data.
4. Aktifkan Two-Factor Authentication (2FA)
Dengan mengaktifkan 2FA, meskipun kata sandi bocor, akun tetap aman
karena memerlukan kode verifikasi tambahan.
5. Unduh Aplikasi Hanya dari Sumber Resmi
Pastikan hanya mengunduh aplikasi dari Google Play Store atau Apple
App Store, serta selalu periksa izin yang diminta sebelum menginstalnya.
Penutup
Dengan mengenali ciri-ciri mishing, menghindari tautan mencurigakan,
serta menerapkan langkah-langkah keamanan seperti two-factor authentication
(2FA) dan penggunaan aplikasi dari sumber resmi, risiko menjadi korban dapat
diminimalkan. Kesadaran adalah langkah pertama dalam melindungi diri dari
serangan siber. Mari bersama-sama lebih cerdas dalam berinternet dan menjaga
keamanan data pribadi kita.
Jika artikel ini bermanfaat, jangan ragu untuk membagikannya agar
lebih banyak orang terhindar dari kejahatan mishing Sobat!
Posting Komentar